by alamendah
Ekidna merupakan hewan mammalia yang bertelur (ordo
Monotremata) yang masih bertahan hidup hingga sekarang di samping platipus (Ornithorhynchus anatinus). Sebagaimana dengan platipus,
Ekidna termasuk hewan yang aneh. Ekidna menjadi aneh lantaran hewan mammalia
selayaknya harimau ataupun tarsius tetapi
ekidna tidak melahirkan anaknya melainkan bertelur.
Saat
ini terdapat 4 spesies ekidna dari dua genus berbeda yang
masih bertahan hidup hingga sekarang. Sedangkan tiga spesies ekidna lainnya
telah punah dan hanya dikenali dari fosilnya saja. Hebatnya, keempat spesies
ekidna tersebut terdapat di pulau Papua Indonesia. Namun sayang, keempat ekidna
tersebut tergolong binatang langka yang terancam punah.
Ciri dan perilaku Ekidna. Secara umum ekidna
memiliki ciri-ciri tubuh yang berukuran kecil dan dan ditumbuhi rambut kasar
dan duri layaknya landak dan hedgehog. Memiliki moncong yang
panjang dan langsing dan kaki yang pendek dan berkuku tajam.
Ekidna
juga adalah penggali yang handal. Mereka memiliki mulut yang mungil dan rahang
tak bergigi. Mereka makan dengan cara membuka batang kayu yang lunak, sarang
semut, dan semacamnya, dan menggunakan lidahnya yang panjang serta lengket yang
memanjang dari moncongnya untuk mengumpulkan mangsanya. Ekidna moncong pendek
terbiasa memakan semut dan rayap dalam jumlah besar, sedangkan spesies
Zaglossus terbiasa memakan cacing tanah dan larva serangga.
Yang unik dari
hewan ini adalah perkembangbiakannya yang dengan bertelur padahal mereka
termasuk mammalia. Ekidna betina menelurkan satu telur berbulu bercangkang
lunak dua puluh dua hari setelah perkawinan dan meletakkannya langsung dalam
kantungnya.
Telur
akan menetas setelah sepuluh hari. Ekidna muda, kemudian akan menghisap susu
dari pori-pori kedua kelenjar susu (sebab monotremata tidak memiliki puting)
dan tetap tinggal di dalam kantung induknya selama 45 – 55 hari. Setelah itu
akan mulai tumbuh duri dan sang ibu akan menggalikan lubang untuk meletakkan
anaknya. Sang ibu akan kembali setiap lima hari untuk menyusui hingga berusia
tujuh bulan.
Jenis-jenis Spesies, Persebaran, dan Konservasi Ekidna.
Ekidna terdiri atas dua genus yakni Tachyglossus yang
biasa disebut ekidna moncong pendek dan Zaglossus yang
biasa disebut ekidna moncong panjang. Ekidna moncong panjang terdiri atas 5
spesies yang ini tinggal tiga spesies yang masih bertahan hidup. Juga terdapat
satu genus ekidna lagi yakni Megalibgwilia. Namun
genus dengan dua spesies ini telah punah.
§
Ekidna moncong pendek (Tachyglossus aculeatus).
Ekidna moncong pendek
atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Short-beaked Echidnadan Spiny Anteater adalah ekidna yang hingga kini
populasi masih lumayan banyak. Jenis ekidna ini bisa ditemui di seluruh bagian
Australia dan ditemukan juga di daerah barat daya pulau Papua. Ekidna jenis ini merupakan pemakan semut dan
rayap.
Ekidna moncong pendek
yang bernama latin Tachyglossus aculeatus ini
oleh IUCN Redlistdiberikan
status konservasi Least Concern.
§
Ekidna moncong panjang barat (Zaglossus bruijini)
Ekidna moncong
panjang barat yang dalam bahasa inggris dikenal sebagai Western Long-beaked Echidna adalah ekidna yang
hidup di Papaua, pada daerah dengan ketinggian di atas 1300 meter hingga 4000
meter.
Ekidna moncong
panjang barat merupakan mammalia pemakan cacing tanah. Ukurannya lebih besar
ketimbang ekidna moncong pendek dengan berat badan mencapai 16,5 kg. Moncongnya
panjang dan bengkok ke bawah. Kuku pada kaki depan dan belakangnya berjumlah
empat. Status konservasi IUCN Redlist ekidna moncong panjang barat adalah
Critically Endangered.
§
Ekidna moncong panjang timur (Zaglossus bartoni)
Ekidna moncong
panjang timur atau Eastern Long-beaked Echidna terdapat di pulau Papua (indonesia dan
Papua Nugini) pada daerah berketinggian antara 2000-3000 meter dpl. Ekidna
jenis ini dibedakan dengan jenis ekidna moncong panjang lainnya berdasarkan
berdasarkan kuku kaki depannya yang berjumlah lima kuku dan empat pada kaki
belakangnya. Selain itu spesies langka ini memiliki bulu yang pendek dan tebal.
Status konservasi
ekidna moncong panjang timur adalah Critically Endangered.
§
Ekidna moncong panjang Sir David (Zaglossus attenboroughi)
Ekidna moncong
panjang Sir David atau Sir David’s Long-beaked Echidna ini dikenal juga sebagai
Ekidna moncong panjang Cyclops. Ukuran tubuhnya merupakan yang terkecil
dibandingkan dua spesies ekidna moncong panjang lainnya, bahkan hampir sama
dengan ekidna moncong pendek. Selain itu, ekidna jenis ini baik kaki depan
maupun kaki belakangnya mempunyai lima kuku. Bulunya panjang dan lebat.
Ekidna bersatatus
Critically Endangered ini sangat langka. Spesies ini hanya diketahui dari
satu-satunya spesimen yang ditemukan Sir David Attenborough di pegunungan
Cyclops, Papua pada 1961. Sejak itu hingga sekarang tidak pernah ditemukan
kembali. Bahkan ekspedisi yang dilakukan pada 2007, hanya bisa menemukan liang
bekas galian ekidna jenis ini.
Tidak
Dilindungi di Indonesia. Sayangnya, meski hewan mammalia unik di dunia ini
termasuk hewan langka dengan status Critically Endangered dan
terdaftar dalam CITES Apendiks II namun
ternyata luput dari perlindungan hukum di Indonesia. Keempat spesies ekidna ini
ternyata tidak termasuk binatang yang dilindungi oleh hukum
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar